Succes Story Ibu Meincar Untuk Anaknya
oleh : Bekti
oleh : Bekti
Perjalanan
Long March Purwokerto-Jakarta yang dimulai pada sabtu 5 Oktober 2013.
Dari Kampus Boarding
School “Mbangun Desa” kurang lebih jam 08:00 aku dan teman-teman berangkat ke kantor
Bupati Banyumas menggunakan mobil belajar Argowilis untuk bertemu bupati
banyumas sekaligus pelepasan anak-anak untuk Long March Purwokerto-Jakarta.
Sebelum berangkat kami terlebih dahulu diberi pengarahan,
saran dan masukan dari Pak Husein selaku Bupati Banyumas, Pak Derajat selaku
Pimpinan Cabang BRI Purwokerto dan Bu Lisco selaku CSR BRI Pusat yang mensuport
penuh kegiatan Long March ini. Sebelum berangkat kami juga diberi perbekalan
dari BRI Pusat melalui Bu Lisco yaitu baju, rompi, topi BRI, bolfoin, maupun
kebutuhan untuk jalan kaki.
Setelah proses pelepasan dari pendopo Bupati Banyumas,
aku melangkahkan kakiku pertama kali dengan semangat dan tekad yang kuat untuk
mencapai tujuan dengan didampingi 3 Tutor yaitu: Kang Isrodin, Kang Adib, Kang Novi
dan 3 pengawal dari KOTI Pemuda Pancasila Kabupaten Banyumas yaitu: Kang Budi
Asmoro (Edi Gobed), Kang Irun, Kang Popon. Namun ada beberapa pendamping maupun
pengawal yang tidak bisa full menemani kami yaitu kang Adib dan kang Popon itu
karena ada kepentingan maupun hal-hal yang harus diselesaikan.
Setelah
menyusuri langkah kaki aku dan teman-teman menghentikan langkah kaki sejenak
untuk berkunjung menemui Bank BRI Cabang Purwokerto sekaligus berfoto di depan
gedung kemudian aku dan teman-teman melanjutkan kembali perjalanan dengan cuaca
yang semakin memanas ketika kita semua sampai di sebuah pom bensin satu anak
pingsan karena sakit dan kami semua menolong dan dibawa ke Kantor Kecamatan
Cilongok. Tapi itu semua bagian dari cobaan dan tidak mengurangi rasa semangat
dan tekad kami untuk berjalan kaki. Aku dan teman-teman menyusul salah satu
teman yang pingsan di Kantor Kecamatan Cilongok bersama Sapma Banyumas maupun
Pemuda Pancasila.
Di Kantor Kecamatan Cilongok kami juga berpisah dengan
teman-teman yang tidak menjadi tim inti karena sebelumnya sudah dibentuk tim
inti oleh kang Isrodin selaku kepala sekolah. Tim inti terdiri dari 20 anak
yang full jalan kaki Purwokerto Jakarta dengan variasi tim 9 orang perempuan
dan 11 orang laki-laki. Aku termasuk ikut tim inti yang berjalan kaki full dari
Purwokerto Jakarta jadi aku melanjutkan berjalan kaki sementara yang tidak ikut
menjadi tim inti pulang ke Kampus Boarding School “Mbangun Desa” untuk
menjalankan tugasnya masing-masing.
Di sepanjang perjalanan aku dan teman-teman dari tim inti
beradaptasi ketika waktu solat kami juga berhenti sejenak untuk solat selanjutnya berjalan kembali. Meskipun
berjalan kaki dengan kondisi cape maupun lemas kami tidak melupakan kewajiban
seorang pelajar yaitu belajar di sepanjang perjalanan. Ketika kami melewati
Bank BRI Unit kami juga berkunjung sekaligus berfoto dan belajar bersama kepala
Bank BRI Unit maupun dengan karyawan-karyawan Bank BRI. Namun sebelum melakukan
kegiatan belajar bersama Bank BRI terlebih dahulu perwakilan dari kami meminta
izin untuk belajar bersama dalam waktu beberapa menit saja dan respon dari Bank
BRI sangat beragam mulai dari memberikan izin belajar bersama bahkan sampai
memberi bekal minuman maupun sebongkah amplop. Untuk bekal di jalan, namun sepanjang
perjalanan tidak semua Bank BRI karena faktor waktu juga ketika waktu sore hari
Bank BRI tutup karena bukan jam kerja.
Malam harinya kami berhenti di berbagai tempat yang kita
lewati untuk beristirahat dan bermalam seperti di masjid, di hutan menggelar
tenda, di rumah perhutani maupun kantor perhutani dan juga bisa di sekretariat
Pemuda Pancasila.
Pada suatu hari aku dan teman-teman menginap di sebuah
kantor perhutani dan pada pagi hari aku berkeliling-keliling melihat tanaman di
Perhutani kemudian datanglah 2 orang pekerja yang berprofesi sebagai pengemas
tanah ke plastic polybag sebagai media tanaman, kemudian aku mendekati kedua
orang itu yang bekerja di BKPH Tomo Selatan (KPH Sumedang) untuk mencari
informasi bagaimana cara kerjanya. Dari situ aku tertarik dengan pekerjaan yang
ditekuni oleh kedua orang ibu, akhirnya aku mulai mendekati dan melakukan
percakapan untuk mengetahui bagaimana pekerjaan kedua orang ibu itu. Ibu
itu bernama ibu Miencar dan ibu Miyayah.
Ibu Miencar sendiri bekerja kurang lebih sudah 10-11 tahun dan ibu Miyayah
telah bekerja kurang lebih 3 tahun. Mereka bekerja sebagai pengemas tanah yang
akan ditanami berbagai jenis tanaman di antaranya tanaman Akasia, Ammonium,
Jati, Mahoni dan lain-lain. Uang yang mereka dapatkan satu hari kisaran Rp. 30.000,-
dan untuk harga 1 polybag hanya Rp. 30,-. Dari salah satu ibu itu bercerita
kepadaku yaitu ibu Miencar beliau rela menekuni pekerjaannya untuk
menyekolahkan anaknya sekaligus membantu keuangan rumah tangga dengan gaji yang
tak seberapa, beliau tetap tekun dan semangat demi anak-anaknya bisa bersekolah
sampai di perguruan tinggi. Beliau seperti itu karena ingin anak-anaknya harus
lebih baik dari ibunya dan harus mementingkan pendidikannya. Sungguh mulia ibu
itu aku terharu dengan pengorbanan beliau.
Itulah pengalaman
ku diperjalanan menemui
seseorang yang berhati mulia.
Kang Isrodin adalah Ketua Forum Komunikasi (FOKUS) PKBM Kabupaten Banyumas, menggantikan Kang Adib yang menjabat Ketua FOKUS sebelumnya.
BalasHapusPenulis hanya pengelola di PKBM Nuju Pinter (Anggota FOKUS) yang lokasinya di Desa Cilongok. Meskipun desa, Cilongok adalah ibukota Kecamatan Cilongok. Kecamatan Cilongok merupakan kecamatan terbesar (terluas, terbanyak desanya, terbanyak pendudukunya dan terbanyak Anak Tidak Sekolah (ATS)nya.
Tahun 2016 dari catatan Pemda Banyumas, ada 931 ATS di Kecamatan Cilongok (ini angka yang terdata). Tahun 2017 PKBM dan SKB ditugasi mendata ATS oleh Dirjen PAUD Dikmas Kemendikbud. Hasil (tidak menyeluruh karena dibatasi waktu) dari Kecamatan Cilongok terdata sekitar 700 ATS, mungkin hanya sekitar 3/5 wilayah. Jika semua dijangkau penulis yakin jumlahnya jauh di atas 1000.
Sekedar pembaca ketahui, data dari PKBM dan SKB untuk ATS di Cilongok sbb. :
- PKBM Nuju Pinter Cilongok : 522 (524, yang 2 luar Kecamatan Cilongok)
- PKBM Argowilis Sokawera sekitar : 60 (70, beberapa dari luar Kec. Cilongok)
- PKBM Sunan Kalijaga Jingkang +/- : 40 (225, wilayah Kec. Ajibarang sekitarnya)
- PKBM Tunas Banjarsari +/- : 10 (60, wilayah Kec. Ajibarang sekitarnya)
- SKB Ajubarang +/- : 40 (220, wilayah Kec. Ajibarang sekitarnya)
- PKBM lain di Banyumas +/- : 28 (penulis tak sempat menghitung)
Dari 20 desa di Kecamatan Cilongok hanya Langgongsari yang hampir seluruh ATS terdata (+/- 190), Pageraji sekitar 75 persen (+/- 160); 11 desa terdata sebagian, 7 desa nyaris belum terdata.
Nah, belajar dari pengalaman Kang Adib dan Kang Isrodin, penulis beserta anggota Tim PKBM Nuju Pinter harus bikin rencana dan melakukan langkah strategis untuk jemput bola, melayani ATS yang jumlahnya lebih dari 500 orang.
Tim NUJU PINTER minta didoakan agar diberi kemampuan dan kemauan mengemban tugas sosial-pendidikan ini. Mungkin benar kata Kang Adib (orang yang dekat dengan Pejabat di Ditjen PAUD Dikmas), Dirjen sekarang menginginkan 'kompetensi lulusan' menjadi kompetensi utama bagi peserta didik pendidikan kesetaraan dan kursus.
Logikanya, sebagian terbesar ATS sangat sulit untuk dihadirkan ke pusat pembelajaran, sehingga tutor/nara sumber harus mau datang ke lokasi yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Balai desa, serambi mesjid/mushalla, rumah ketua RT/penduduk adalah tempat pembelajaran alternatif yang ideal sebagai tempat mereka berkumpul, berkelompok. Tingkat kehadiran? Tak usah jadi target karena yang terpenting kita berusaha, memberi motivasi, sesekali ketemu, selebihnya mengarahkan agar mereka mau belajar online (gunakan HP untuk pembelajaran, kurangi game/PS-an).
Terima kasih kepada Presiden JAKO WIDODO (mohon jangan disingkat), Mendikbud, Dirjen PAUD Dikmas, P2 PAUD Dikmas, para pejabat dan pegiat PNF, terlebih kepada Kang Isrodin dan Kang Adib.
Muhyi Kalender