Sabtu, 21 Desember 2013

MENJADI PENJAGA GAWANG ASRAMA



MENJADI PENJAGA GAWANG ASRAMA
oleh : yuliatun

Menjadi penjaga gawang atau kiper di asrama, itulah yang dialami peserta didik yang tidak temasuk dalam tim inti Long March Jakarta – Purwokerto pada tanggal 5 Oktober 2013. Seperti halnya bola kehidupan  yang bergulir pada masing-masing makhluk ciptaan-Nya, ada kalanya kita bergerak kekanan dan kekiri, kedepan dan kebelakang. Semua itu menuntut peran yang peka terhadap keadaan yang penuh strategi. Ada Chamim, Rono, Fai, Solihin, Diwan, Ilham, Adi, Miftah dan yang putri ada saya sendiri Yuli, Ana dan Inda yang sedang melakoni peran sebagai penjaga gawang asrama. Masing-masing punya cerita dalam belajar mandiri di asrama selama ditinggal perjalanan, kami nikmati dengan senang.
17 (tujuh belas) hari teman-teman yang ikut tim inti meninggalkan asrama, awalnya kami merasakan suasana yang tak biasa, asrama yang biasa ramai orang sekarang sunyi sepi terasa. Namun kami terus belajar beradaptasi dengan suasana asrama sembari melakukan aktifitas yang biasa kami lakukan bersama-sama. Ada pembelajaran MTs Pakis yang setiap hari harus berjalan dan melaksanakan UTS (Ulangan Tengah Semester) seperti sekolah pada umumnya, ada aktifitas menjaga keindangan taman asrama bersama Pak Warto,ada aktifitas mencari rumput untuk Si Julio (sebutan untuk anak kambing yang lahir pada Bulan Juli) dan yang paling penting mempersiapkan proses pembelajaran di Jakarta seperti surat untuk Bapak Presiden Republik Indonesia dan beberapa Kementrian di Jakarta. Dengan didampingi Kang Adib, kami berbagi tugas agar bisa dilaksanakan secara bersama-sama.
Waktu terus berjalan, tak terasa 2 (dua) minggu sudah kami tak bertemu, rindu mulai menghampiri perasaan kami, dan tak jarang kami merasakan seperti kehilangan seorang teman. Ketika kami mengirimkan sms pada salah seorang teman yang sedang berjalan, mereka menenangkannya dengan membalas “sabar..simpan dulu rindumu, kami juga merindukan kalian”. Taukah…? Kata-kata itu pernah mambuat kami menangis sendu, tak pernah terbayangkan ketika kami sudah lulus kelak dan melakukan aktifitasnya masing-masing dan tak bersama lagi, tapi kami yakin dalam hati kami ada ikatan saudara keluarga besar Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School "Mbangun Desa"  dan akan dipertemukan dengan cara yang indah.
Kembali ke cerita, beberapa hari lagi kami bersama Peserta Didik MTs Pakis menyusul teman-teman ke Jakarta dan perasaan kami sedikit senang. Ketika Kang Adib datang, beliau cerita kalau uang untuk sewa bus belum dapat. Kami yang tadinya senang, kembali ikut berfikir bagaimana mencar uang untuk sewa bus. Meski kami tak dapat membantu apa-apa, tapi setidaknya kami ikut merasakan apa yang Kang Adib rasakan. Pinjam sana pinjam sini, Kang Adib lakukan dengan senang demi kami semua, perjuangan yang nikmat jika kita nikmati bersama.
Waktu yang dinanti telah tiba, dengan menggadaikan sepeda motor milik Kang Adib, kami bisa berangkat menyusul ke Jakarta. Meski saya sendiri tak dapat ikut rombongan karena harus ke Batam mewakili Kang Isrodin untuk kegiatan Review Draft dan Finalisasi Model Satuan Pendidikan dan Program Layanan Pendidikan Layanan Khusus sejak tanggal 22 – 25 Oktober 2013 bersama Mba Friska yang mewakili Yayasan Rumah Simbah. Menjadi pengalaman dan pembelajaran tersendiri yang saya dapatkan dan tidak pernah dilupakan dalam hidup.
Sepulang dari Batam, saya langsung menyusul ke Jakarta untuk melepas rindu dan mengikuti belajar bersama. Senang, bahagia dan haru campur menjadi satu ketika pertama kali bertemu dengan mereka. Layaknya permainan sepak bola, sekian lama bermain dan adu strategi, lelahpun mulai dirasa,  sebagai puncaknya adalah ketika tiba saat mencetak gol kemenangan. Saya merasakan kemenangan itu ketika kembali bertemu keluarga besar Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School "Mbangun Desa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar