MENJADI
PENJAGA GAWANG ASRAMA
oleh : yuliatun
Menjadi penjaga gawang atau kiper di asrama, itulah yang dialami peserta
didik yang tidak temasuk dalam tim inti Long March Jakarta – Purwokerto pada
tanggal 5 Oktober 2013. Seperti halnya bola kehidupan yang bergulir pada masing-masing makhluk
ciptaan-Nya, ada kalanya kita bergerak kekanan dan kekiri, kedepan dan
kebelakang. Semua itu menuntut peran yang peka terhadap keadaan yang penuh
strategi. Ada Chamim, Rono, Fai, Solihin, Diwan, Ilham, Adi, Miftah dan yang
putri ada saya sendiri Yuli, Ana dan Inda yang sedang melakoni peran sebagai
penjaga gawang asrama. Masing-masing punya cerita dalam belajar mandiri di
asrama selama ditinggal perjalanan, kami nikmati dengan senang.
17 (tujuh belas) hari teman-teman yang ikut tim inti meninggalkan asrama,
awalnya kami merasakan suasana yang tak biasa, asrama yang biasa ramai orang
sekarang sunyi sepi terasa. Namun kami terus belajar beradaptasi dengan suasana
asrama sembari melakukan aktifitas yang biasa kami lakukan bersama-sama. Ada
pembelajaran MTs Pakis yang setiap hari harus berjalan dan melaksanakan UTS
(Ulangan Tengah Semester) seperti sekolah pada umumnya, ada aktifitas menjaga
keindangan taman asrama bersama Pak Warto,ada aktifitas mencari rumput untuk Si
Julio (sebutan untuk anak kambing yang lahir pada Bulan Juli) dan yang paling
penting mempersiapkan proses pembelajaran di Jakarta seperti surat untuk Bapak
Presiden Republik Indonesia dan beberapa Kementrian di Jakarta. Dengan
didampingi Kang Adib, kami berbagi tugas agar bisa dilaksanakan secara
bersama-sama.
Waktu terus berjalan, tak terasa 2 (dua) minggu sudah kami tak bertemu,
rindu mulai menghampiri perasaan kami, dan tak jarang kami merasakan seperti
kehilangan seorang teman. Ketika kami mengirimkan sms pada salah seorang teman
yang sedang berjalan, mereka menenangkannya dengan membalas “sabar..simpan dulu
rindumu, kami juga merindukan kalian”. Taukah…? Kata-kata itu pernah mambuat
kami menangis sendu, tak pernah terbayangkan ketika kami sudah lulus kelak dan
melakukan aktifitasnya masing-masing dan tak bersama lagi, tapi kami yakin
dalam hati kami ada ikatan saudara keluarga besar Pendidikan Layanan Khusus
Menengah Boarding School "Mbangun Desa" dan akan dipertemukan dengan cara yang indah.
Kembali ke cerita, beberapa hari lagi kami bersama Peserta Didik MTs
Pakis menyusul teman-teman ke Jakarta dan perasaan kami sedikit senang. Ketika
Kang Adib datang, beliau cerita kalau uang untuk sewa bus belum dapat. Kami
yang tadinya senang, kembali ikut berfikir bagaimana mencar uang untuk sewa
bus. Meski kami tak dapat membantu apa-apa, tapi setidaknya kami ikut merasakan
apa yang Kang Adib rasakan. Pinjam sana pinjam sini, Kang Adib lakukan dengan
senang demi kami semua, perjuangan yang nikmat jika kita nikmati bersama.
Waktu yang dinanti telah tiba, dengan menggadaikan sepeda motor milik
Kang Adib, kami bisa berangkat menyusul ke Jakarta. Meski saya sendiri tak
dapat ikut rombongan karena harus ke Batam mewakili Kang Isrodin untuk kegiatan
Review Draft dan Finalisasi Model Satuan Pendidikan dan Program Layanan
Pendidikan Layanan Khusus sejak tanggal 22 – 25 Oktober 2013 bersama Mba Friska
yang mewakili Yayasan Rumah Simbah. Menjadi pengalaman dan pembelajaran
tersendiri yang saya dapatkan dan tidak pernah dilupakan dalam hidup.
Sepulang dari Batam, saya langsung
menyusul ke Jakarta untuk melepas rindu dan mengikuti belajar bersama. Senang,
bahagia dan haru campur menjadi satu ketika pertama kali bertemu dengan mereka.
Layaknya permainan sepak bola, sekian lama bermain dan adu strategi, lelahpun
mulai dirasa, sebagai puncaknya adalah
ketika tiba saat mencetak gol kemenangan. Saya merasakan kemenangan itu ketika
kembali bertemu keluarga besar Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding
School "Mbangun Desa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar